PENDAHULUAN
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu,
kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dengan
kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah tahu dan apa
yang belum tahu, berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan
pernah diketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas. Demikian juga
berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus terang,
seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah diangkau.
Ilmu merupakan pengetahuan yang digumuli sejak
sekola dasar pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi, berfilsafat tentang ilmu
berarti terus terang kepada diri sendiri. Ilmu membatasi lingkup
penjelajahannya pada batas pengalaman manusia juga disebabkan metode yang
digunakan dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris.
Filsafat membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam,
maka dikatakan kebenaran filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering
dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran
ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja. Sesungguhnya
isi alam yang dapat diamati hanya sebagian kecil saja, diibaratkan mengamati
gunung es, hanya mampu melihat yang di atas permukaan laut saja. Semantara
filsafat mencoba menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba
segala sesuatu yang ada melalui pikiran dan renungan yang kritis.
Sedangkan pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama
halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat,
sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu pendidikan juga lepas secara
perlahan-lahan dari dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada bersama
dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan
memahami kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup
manusia.
PEMBAHASAN
A. PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengananak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
Secara
garis besar pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi tiga yaitu: a).
pendidikan, b). teori umum pendidikan, dan c). ilmu pendidikan.
Pengertian
pertama, pendidikan pada umumnya yaitu mendidik yang
dilakukan oleh masyarkat umum. Pendidikan seperti ini sudah ada semenjak
manusia ada di muka bumi ini. Pada zaman purba, kebanyakan manusia memerlukan
anak-anaknya secara insting atau naluri, suatu sifat pembawaan, demi
kelangsungan hidup keturunanya. Yang termasuk insting manusia antara lain sikaf
melindungi anak, rasa cinta terhadap anak, bayi menangis, kempuan menyusu air
susu ibu dan merasakan kehangatan dekapan ibu.
Pekerjaan
mendidik mencakup banyak hal yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan
perkembangan manusia. Mulai dari perkembangan fisik, kesehatan,
keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan
iman. Mendidik bermaksud membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat
manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
Mendidik adalah membudayakan manusia.
Kedua,
pendidikan dalam teori umum, menurut John Dewey pendidikan itu
adalah The general theory of education dan Philoshophy is the general
theory of education, dan dia tidak membedakan filsafat pendidikan
dengan teori pendidikan, atau filsafat pendidikan sama dengan teri pendidikan.
Sebab itu ia mengatakan pendidikan adalah teori umum pendidikan.
Konsep
di atas bersumber dari filsafat pragmatis atau filsafat pendidikan progresif,
inti filsafat pragmatis yang mana berguna bagi manusia itulah yang
benar, sedangkan inti filsafat pendidikan progresif mencari terus-menerus
sesuatu yang paling berguna hidup dan kehidupan manusia.
Ketiga,
ilmu pendidikan dibentuk oleh sejumlah cabang ilmu yang terkait satu dengan
yang lain membentuk suatu kesatuan. Masing-masing cabang ilmu pendidikan dibentuk
oleh sejumlah teori.
B. FILSAFAT
Filsafat
adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam tentang sesuatu sampai
keakar-akarnya. Sesuatu disini dapat berarti terbatas dan dapat pula berarti
tidak terbatas. Bila berarti terbatas, filsafat membatasi diri akan hal
tertentu saja. Bila berarti tidak terbatas, filsafat membahas segala sesuatu
yang ada dialam ini yang sering dikatakan filsafat umum. Sementara itu filsafat
yang terbatas adalah filsafat ilmu, filsafat pendidikan, filsafat seni dan
lain-lainnya.
Filsafat
membahas sesuatu dari segala aspeknya yang mendalam, maka dikatakan kebenaran
filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang sering dipertentangkan dengan
kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena kebenaran ilmu hanya ditinjau dari
segi yang bisa diamati oleh manusia saja, sesungguhnya isi alam yang dapat
dinikmati hanya sebagian kecil saja. Misalnya mengamati gunung es, hanya mampu
melihat yang di atas permukaan di laut saja. Sementara itu filsafat mencoba
menyelami sampai kedasar gunung es itu untuk meraba sesuatu yang ada dipikiran
dan renungan yang kritis.
Dalam
garis besarnya ada empat cabang filsafat yaitu: metafisiska, epistemologi,
logika, dan etika, dengan kandungan materi masing-masing sebagai berikut :
1). Metafisika adalah filsafat yang
meninjau tentang hakekat segala sesuatu yang terdapat dialam ini. Dalam
kaitannya dengan manusia, ada dua pandangan menurut Callahan (1983) yaitu :
a. Manusia pada hakekatnya adalah
spritual. Yang ada adalah jiwa tau roh, yang lain adalah semu. Pendidikan
berkewajiban membebaskan jwa dari ikatan semu. Pendidikan adalah untuk
mengaktualisasikan diri, pandangan ini dianut oleh kaum Idealis, Scholastik,
dan beberapa Realis.
b. Manusia adalah organisme
materi.Pandangan ini dianut kaum Naturalis, Materialis, Eksprementalis,
Pragmatis, dan beberapa Realis. Pendidikan adalah untuk hidup. Pendidikan
berkewajiban membuat kehidupan menusia menjadi menyenangkan.
2). Epistemologi adalah filfat yang
membahas tentang pergaulan dan kebenaran, dengan rincian masing-masing sebagai
beikut :
a. ada lima sumber pengetahuan yaitu:
(1). Otoritas, yang terdapat dalam
ensiklopedia, buku teks yang baik, rums dan tabel.
(2). Comman sense yang ada pada adat dan
tradisi
(3). Intuisi yang berkaitan dengan perasaan
(4). Pikiran untuk menyimpulkan hasil
pengelaman
(5).Pengalaman yang terkontrol untuk
mendapatkan pengetahuan secara ilmiah.
b. ada empat teori kebenaran yaitu:
(1). Koheren, sesuatu akan benar bila ia
konsesten dengan kebenaan umum.
(2). Koresponden, sesuatu akan benar
bila ia dengan tepat dengan fakta yang jelas.
(3). Pragmatisme, sesuatu dipandang
benar bila konsekuensinya memberi manfaat bagi kehidupan.
(4). Skeptivisme, kebenaran dicari
secara ilmiah dan tidak ada kebenaran yang lengkap.
3). Logika adalah filsafat yang membahas
tentang cara manusia berpikir dengan benar. Dengan memahami filsafat logika
diharapkan manusia bisa berpikir dan mengemukakan penadapatnya secara tepat.
4). Etika adalah filsafat yang menguaraikan
tentang perilaku manusia, Nilai dan norma masyarakat serta ajaran agama menjadi
pokok pemikiran dalam filsafat ini. Filsafat etika sangat besar mempengaruhi
pendidikan sebab tujuan pendidikan untuk mengembangan perilaku manusia, anatara
lain afeksi peserta didik.
Junjun
(1981) membagi proses perkembangan ilmu menjadi dua bagian yang seling
berkaitan satu dengan yang lain. Tingkat proses perkembangan yang dimaksud
adalah:
1). Tingkat empiris adalah
ilmu yang baru ditemukan di lapangan. Ilmu yang masih berdiri sendiri, baru
sedikit bertautan dengan penemuan yang lain sejenis. Pada tingkat ini wujud
ilmu belum utuh, masing-masing sesuai dengan misi penemuannya karena belum
lengkap.
2). Tingkat penjelasan atau
teoretis, adalah ilmu yang sudah mengembangkan suatu struktur teoretis.
Dengan struktur ini ilmu-ilmu emperis yang masih terpisah-pisah itu dicari
kaitannya satu dengan yang lain dan dijelaskan sifat kaitan itu. Dengan cara
ini struktur berusaha mengintergrasikan ilmu-ilmu empiris itu menjadi suatu
pola yang berarti.
Dari
uraian di atas kita sudah berkenalan dengan ilmu empiris berupa
simpulan-simpulan penelitian dan konsep-konsep serta ilmu teoretis dalam bentuk
teori-teori atau grand theory-grand theory.
Pendidikan
adalah merupakan salah satu bidang ilmu. Sama halnya dengan ilmu-ilmu yang
lain, pendidikan lahir dari induknya filsafat. Sejalandengan proses
perkembangan ilmu ilmu pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari
induknya. Pada awalnya pendidikan bersama dengan filsafat sebab filsafat tidak
pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat diciptakan
oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia, pengembangan
manusia, dan peningkatan hidup manusia.
C. HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
Hubungan
antara filsafat dan pendidikan terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika
formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas
prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan.
D. FILSAFAT PENDIDIKAN
Filsafat
pendidikan adalah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai
keakar-akarnya mengenai pendidikan. Ada sejumlah filsafat pendidikan yang
dianut oleh bangsa-bangsa di dunia, namun demikian semua filsafat itu akan
menjawab tiga pertanyaan pokok sebagai berikut:
1). Apakah
pendidikan itu?
2). Apa
yang hendak dicapai?
3). Bagaimana
cara terbaik merealisasikan tujuan itu?
Masing-masing
pertanyaan ini dapat dirinci lebih lanjut. Berbagai pertanyaan yang bertalian
dengan apakah pendidikan itu, antara lain :
1). Bagaimana sifat pendidikan itu?
2). Apakah pendidikan itu merupakan
sosialisasi?
3). Apakah pendidikan itu sebagai
pengembangan individu?
4). Bagaimana mendefinisikan
pendidikan itu ?
5). Apakah pendidikan itu berperan penting
dalam membina perkembangan atau mengarahkan perkembangan siswa?
6). Apakah perlu membedakan pendidikan
teori dengan pendidikan praktek?
Pertanyaan-pertanyaan
yang berkaitan dengan apa yang hendak dicapai oleh pendidikan,
antara lain :
1). Beberapa proporsi pendidikan yang
bersifat umum?
2). Beberapa proporsi pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu?
3). Apakah peserta didik diperbolehkan
berkembang bebas?
4). Apakah perkembangan peserta didik
diarahkan ke nilai tertentu?
5). Bagaimana sifat manusia?
6). Dapatkah manusia diperbaiki?
7). Apakah manusia itu sama atau unik?
8). Apakah ilmu dan teknologi
satu-satunya kebenaran utama dalam era globalisasi?
9). Apakah tidak ada kebenaran lain
yang dapat dianut pada perkembangan manusia?
Pertanyaan-pertanyaan
yang bertalian dengan cara terbaik merealiasi tujuan pendidikan, anatara lain ?
1). Apakah pendidikan harus berpusat
pada mata pelajaran atau peserta didik?
2). Apakah kurikulum ditentukan lebih
dahulu atau berupa pilihan bebas?
3). Ataukah peserta didik menentukan
kurikulumnya sendiri?
4). Apakah lembaga pendidikan permanen
atau bersifat tentatif?
5). Apakah proses pendidikan berbaur
pada masyarakat yang sedang berubah cepat?
6). Apakah diperlukan kondisi-kondisi
tertentu dalam membina perkembangan anak?
7). Siapa saja yang perlu dilibatkan
dalam mendidik anak-anak?
8). Perkembangan apa saja yang
diperlukan dalam proses pendidikan?
9). Apakah dperlukan nilai-nilai
penuntun dalam proses pendidikan?
10). Bagaimana sebaiknya proses pendidikan
itu, otoriter, primitif, atau
demokratis?
11). Belajar menekan prestasi atau terpusat
pada pengembangan cara belajar dan kepuasan akan hasil belajar?
Menurut Zanti Arbi (1988)
Filsafat Pendidikan adalah sebagai berikut.
1). Menginspirasikan
2). Menganalisis
3). Mempreskriptifkan
4). Menginvestigasi
Maksud menginsparasikan adalah
memberin insparasi kepada para pendidik untuk melaksanakan ide tertentu dalam
pendidikan. Melalui filsafat tentang pendidikan, filosof memaparkan idennya
bagaimana pendidika itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut
menerima pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah tentu
ide-ide ini didasari oleh asumsi-asumsi tertentu tentang anak manusia,
masyarakat atau lingkungan, dan negara.
Sementara itu yang dimaksud dengan menganalisis dalam
filsafat pendidikan adalah memeriksa teliti bagian-bagian pendidikan agar dapat
diketahui secara jelas validitasnya. Hal ini perlu dilakukan agar dalam
penyusunan konsep pendidikan secara utuh tidak terjadi kerancan, umpang tindih,
serta arah yang simpang siur. Dengan demkian ide-ide yang komplek bisa
dijernihkan terlebih dahulu, tujuan pendidikan yang jelas, dan alat-alatnya
juga dapat ditentukan dengan tepat.
Francis Bacon dalam bukunya The
Advencement of Leraning mengemukakan tesis bahwa kebanyakan
pengetahuan yang dimiliki oleh manusia mengandung unsur-unsur
valitditas yang bermanfaat dalam menyelesaikan persoalan sehari-hari, bila
pengetahuan itu berisikan dari salah satu konsep yang telah berlangsung selama
bertahun-tahun. Bacon menggunakan logika induktif sebagai teknik krisis atau
analisis untuk menemukan arti pendidikan yang dapat diandalkan. Melalui
pengalaman secara kritis dengan logika induktif akan dapat ditemukan
konsep-konsep pendidikan.
Mempreskriptifkan dalam
filsafat pendidikan adalah upaya mejelaskan atau memberi pengarahan kepada
pendidik melalui filsafat pendidikan. Yang jelaskan bisa berupa hakekat manusia
bila dibandingkan dengan mahluk lain, aspek-aspek peserta didik yang patut
dikembangkan; proses perkembangan itu sendiri, batas-batas bantuan yang bisa
diberikan kepada proses perkembangan itu sendiri, batas-batas keterlibatan
pendidik, arah pendidikan yang jelas , target-target pendidikan bila dipandang
perlu, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai dengan kemampuan,
bakat, dan minat anak-anak.
Johann Herbart dalam bukunya Scence
of education menginginkan agar guru mempunyai informasi yang dapat
dihandalkan mengenai tujuan pendidikan yang dapat dicapai dan proses belajar
sebelum guru ini memasuki kelas. Pondasi pendidikan yang dikontruksi di atas
asumsi yang disangsikan kebenarannya atau di atas tradisi yang masih kabur
perlu segera diganti dengan informasi-informasi yang valid. Suatu informasi
yang direkonstruksi dari atau secara ilmiah.
Yang dimaksud menginvestigasi dalam
filsafat pendidikan adalah untuk memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori
pendidikan. Pendidikan tidak dibenarkan mengambil begitu saja suatau konsep
atau teori pendidikan untuk dipraktikan dilapangan. Pendidik seharusnya mencari
sendiri konsep-konsep pendidikan di lapangan atau melalui
penelitian-penelitian. Untuk sementara filsafat pendidikan bisa dipakai latar
pengetahuan saja. Selanjutnya setelah pendidik berhasil menemukan konsep,
barulah filsafat pendidikan dimanfaatkan untuk mengevaluasinya, atau sebagai
pembanding, untuk kemungkinan sebagai bahan merevisi, agar konsep pendidikan
itu menjadi lebih mantap.
John
Dewey dalam bukunya Democracy and Education menyatakan bahwa
pengelaman adalah tes terakhir dari segala hal. Mereka memandang pengalaman
sebagai panji-panji semua filsafat pendidikan yang mempunyai komitmen terhadap inquiry atau
penyelidik. Filosfo berfungsi memilih pengalaman-pengalaman yang cocok untuk
memanjukan efisiensi sosial. Filsafat pendidikan berusaha menafsirkan proses
belajar-mengajar menurut prosedur pengujian ilmiah dan kemudian memberi
komentar tentang nilai atau kemanfaatannya. Filsafat pendidikan mencari
konsekuensi proses belajar mengajar, apa yang telah dilakukan, apa
kelemahannya, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan itu
Para
filosof, melalui filsafat pendidikannya, berusaha menggali ide-ide baru tentang
pendidikan, yang menurut pendapatnya lebih tepat ditinjau dari kewajaran
keberadaan peserta didik dan pendidik maupun ditinjau dari latar gografis,
sosologis, dan budaya suatu bangsa. Dari sudut pandang keberadaan manusia akan
menimbulkan aliran Perennialis, Realis, Empiris, Naturalis, dan
Eksistensialis. Sedangkan dari sudut geografis, sosiologis, dan budaya
akan menimbulkan aliran Esensialis, Tradisionalis, Progresivis, dan
Rekontruksionis.
Berbagai aliran filafat pendidikan tersebut
di atas, memberikan dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-teori
pendidikan yang beragam. Masing-masing konsep akan mendukung filsafat
pendidikan itu. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat pendidikan
juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas ebenaran berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan
harus disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.
Beberapa aliran filsafat pendidikan yang
dominan di dunia adalah sebagai berikut :
1). Esensialis
2). Perenialis
3). Progresivis
4). Rekonstruksionis
5). Eksistensialisi
Filsafat
pendidikan Esesialis bertitik tolak dari kebenaran yang
telah terbukti berabad-abad lamanya. Kebenaran seperti itulah yang esensial,
yang lain adalah kebenaran secara kebetulan saja. Kebenaran esensial itu adalah
kebudayaan klasik yang muncul pada zaman Romawi yang menggunakan buku-buku
klasik ditulis dengan bahasa latin dikenal dengan nama Great Book.
Tekanan
pendidikannya adalah pada pembentukan intelektual dan logika. Dengan mempelajari
kebudayaan Yunani-Romawi yang menggunakan bahasa latin yang sulit itu, diyakini
otak peserta didik akan terarah dengan baik dan logikanya akan berkembang.
Disiplin sangat diperhatikan, pelajaran dibuat sangat berstruktur, dengan
materi pelajaran berupa warisan kebudayaan, yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga mempercepat kebiasaan berpikir efektif, pengajaran terpusat pada guru.
Filsafat
pendidikan Perenialis bahwa kebenaran pada wahyu Tuhan.
Tentang bagaimana cara menumbuhkan kebenaran itu pada diri peserta didik dalam
proses belajar mengajar tidaklah jauh berbeda antara esensialis dengan
peenialis. Proses pendidikan meraka sama-sama tradisional.
Filsafat
pendidikan Progresivis mempunyai jiwa perubahan,
relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah, dan perbuatan nyata. Menurut filsafat
ini tidak ada tujuan yang pasti, begitu pula tidak ada kebenaran yang pasti.
Tujuan dan kebenaran itu bersifat relatif, apa yang sekarang dipandang benar
karena dituju dalam kehidupan, tahun depan belum tentu masih tetap benar.
Ukuran kebenaan adalah yang berguna bagi kehidupan manusia hari ini.
Sebagai
konsekuensi dari pandangan ini, maka yang dipentingkan dalam pendidikan adalah
mengembangan peserta didik untuk bisa berpikir, yaitu bagaimana berpikir yang
baik. Hal ini bisa tercapai melalui metode belajar pemecahan masalah yang
dilakukan oleh anak-anak itu sendiri. Karena itu pendidikan menjadi pusat pada
anak. Untuk mempercepat proses perkembangan mereka juga menekankan prinsip
mendisiplin diri sendiri, sosialisasi, dan demokratisasi. Perbedaan-perbedaan
individual juga sangat mereka perhatikan dalam pendidikan.
Filsafat
pendidikan Rekonstruksionis merupakan variasi dari Progresivisme,
yang menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki (Callahan,
1983). Meraka bercita-cita mengkonstuksi kembali kehidupan manusia secara
total. Semua bidang kehidupan harus diubah dan dibuat baru aliran yang ektrim.
Ini berupaya merombak tata susunan kehidupan masyarakat lama dan membangun tata
susunan hidup yang baru sekali, melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses
belajar dan segala sesuatu bertalian dengan pendidikan tidak banyak berbeda
dengan aliran Progresivis.
Filsafat
pendidikan Eksistensialis berpendapat bahwa kenyataan atau
kebenaran adala eksistensi atau adanya individu manusia itu sendiri. Adanya
manusia didunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan menjadi terserap karena
ada manusia. Manusia adalah bebas, akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh
keputusan komitmennya sendiri. (Callahan, 1983)
Pendidikan
menurut filsafat ini bertujuan mengembangkan kesadaran individu,
memberikesempatan untuk bebas memilih etika, mendorong pengembangkan
pengetahuan diri sendiri, bertanggung jawab sendiri, dan mengembangkan komitmen
diri sendiri. Materi pelajaran harus memberikesempatan aktif sendiri,
merencana dan melaksanakan sendiri, baik dalam bekerja sendiri maupun
kelompok. Materi
yang dipelajari ditekankan kepada kebutuhan langsung dalam kebutuhan manusia.
Peserta didik perlu mendapatkan pengalaman sesuai dengan perbedaan-perbedaan
individual mereka. Guru harus bersifat demokratis dengan teknik mengajar
langsung.
PENUTUP
Filsafat adalah kebenaran menyeluruh yang
sering dipertentangkan dengan kebenaran ilmu yang sifatnya relatif. Karena
kebenaran ilmu hanya ditinjau dari segi yang bisa diamati oleh manusia saja.
Filsafat menjadi sumber dari segala kegiatan manusia atau mewarnai semua
aktivitas warga negara dari suatu bangsa.
Pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam lingkungan masyarakat dan
lingkungan. Ilmu pendidikan yaitu menyelidiki, merenungi tentang gejala-gejalan
perbuatan mendidik.
Hubungan antara filsafat dan pendidikan
terkait dengan persoalan logika, yaitu: logika formal yang dibangun atas
prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun atas prinsip menerima dan
membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara filsafat dan pendidikan
berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya menghasilkan apa yang
disebut dengan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah hasil pemikiran
dan perenungan secara mendalam sampai keakar-akarnya mengenai pendidikan.
Filsafat pendidikan dijabarkan dari filsafat, artinya filsafat Pendidikan tidak
bolah bertentangan dengan filsafat.
DAFTAR PUSTAKA
Suriasumantri, S. Jujun. 1996. Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan
Purwanto, Ngalim. M. 2003. Ilmu
Pendidikan Teoretis dan Praktis, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Pidarta, Made. 1997. Landasan
Kependidikan Stimulus Ilmu Pendidikan bercorak Indonesia, Jakarta, PT.
Rineka Cipta.