Thursday 7 June 2012

gus jalal


GUS JALAL
Salah satu diantara putra-putra kyai Mahmud sesepuh didaerah kami, Gus Jalal lah yang dikagumi oleh masyarakat. Mungkin Gus Jalal sendiri tidak begitu alim dibanding saudara-saudaranya tapi ada yang menarik perhatian dari pribadi Gus Jalal.
Kata kang Udin yang merupakan abdi ndalem kyai Mahmud, bahkan Beliau salut dengan anaknya itu, “cerita kang udin suatu hari dengan kawannya”
Saya juga penasaran apa yang menjadi daya tarik dalam pribadinya itu. Tapi Gus jalal memang kuacungi jempol “kata Pak Harun perangkat desa yang sering sowan kekyai Mahmud”.
Sikapnya itu lho yang membuat kami kagum.
Mengapa tidak.......seumuran Dia bisa menguasai banyak tentang ilmu agama. “saut kang mukri sambil melempar pandangan disekelilingnya”.
Kakaknya kan tak jauh beda dengan Gus Jalal itu.”timpal Mbah Karno yang sedang asyik mengepulkan asap rokok kreteknya”.
Siapa bilang Mbah....??”bantah Ustadz Sabar dengan nada yang agak kurang setuju”.
Kalian ingat nggak,ketika ada orang meminta jawaban kepada Gus Jalal dengan santainya Gus Jalal bisa menjelaskan dengan gamblang . Padahal Gus Jalal tidak pernah belajar sama sekali  dipondok pesantren.”sela kang kiswo”
Apa yang begitu itu yang disebut ilmu laduni ?? “tanya Mbah Bayan yang sejak tadi ikut nimbrung”
Mungkin saja begitu mbah....,”jawab ustadz Sabar dengan nada penuh santun”
Lalu pikiran saya tertanggu setelah melihat sikap Gus Jalal yang lain dari sebelumnya.
Memang Gus Jalal ingin sekali mondok dipesantren untuk mendalami ilmu agama,namun kyai Mahmud tidak mengizinkan atas kepergiannya itu.
Pendek kata : apa benar Gus Jalal itu sudah kehilangan keistimewaannya. Jangan-jangan ilmunya sudah hilang pada saat beliau ingin melanjutkan mondoknya itu. “komentar Pak Harun dengan penuh penyesalan”.
Wah...sayang sekali,apa gerangan yang terjadi pada beliau ya?
Kalau saja kita tahu faktor apa yang mendorong Gus Jalal untuk bersikap begitu, mungkin kita akan tahu apa yang terjadi sebenarnya.
Sudahlah...tidak usah dibahas panjang lebar,dibalik peristiwa pasti ada hikmahnya.”ujar Ustadz sabar”
Sebaiknya kita bisa langsung saja menemui Gus Jalal. Begitulah seusai usul Ustadz Sabar pada malem jum’at sehabis tahlilan saat mana Gus Jalal prei tidak mengajar.
Para rombongan sengaja datang untuk sowan kepada Gus Jalal.
Gus, disamping silaturahmi seperti  biasa malam ini kami datang dengan sedikit keperluan khusus.
Singkatnya, kami merasa penasaran dengan perubahan sikap anda akhir-akhir ini.
Perubahan apa??”tanya gus Jalal sambil tersenyum penuh arti.
Dulu sampeyan kan bisa mengajar tanpa harus belajar terlebih dahulu,apalagi ingin keluar rumah untuk mencari ilmu”tukas Mbah Bayan”
Kok sekarang sampeyan malah pengen sekali mondok dipesantren, padahal sampeyan kan sudah banyak menguasai tentang ilmu agama.
O..........itu tho”  kata gus Jalal seperti benar-benar baru tau.
Dia pun diam sejenak dan barulah setelah menyeruput kopinya itu dia melanjutkan.
Ceritanya panjang.........
Suatu malam saya bermimpi dengan almarhum simbah saya.dan saya disuruh mencari seorang wali mastur yang tinggal didaerah pinggir pantai yang jaraknya dari sini sekitar 150 km kearah timur.Namanya Kyai Mujahadah.
Kata simbah dalam mimpi itu hanya kyai-kyai tertentu yang tau tentang kyai yang usianya sudah hampir 100 tahun ini. Santri-santri yang belajar kepada beliau tidakjuga dari kalangan orang-orang normal saja bahkan orang-orang yang terpinggirkan pun ikut berguru kepada kyai Mujahadah itu.
Maka tanpa sepengetahuan siapapun dan tanpa pamit abah kemudian saya pun pergi ketempat yang ditunjukkan simbah dalam mimpi dengan niat tholabul ilmi kepada beliau.
Ternyata, ketika sampai disana Beliau tak ada. Baru setelah seharian menunggu disurau bambu tiba-tiba ada orang tua yang berpakaian layaknya seorang yang sederhana.
Saya diterima dengan penuh keramahan seolah-olah saya sudah merupakan bagian dari mereka.
Dan saya pun terkejut,seakan sya tak percaya. Apakah orang ini yang disebut kyai Mujahadah itu ??”tanyaku dalam hati.
Dan baru tahu, ternyata penampilan kyai mujahadah sama sekali tidak mencerminkan sosoknya sebagai seorang kyai. Tubuhnya sedang,bajunya compang-camping, serta rompi ala jawa dan tak lupa blangkon dikepala, sorotan kedua matanya indah memancarkan kearifan, bicaranya jelas dan teratur,hampir semua kalimat yang meluncur dari mulutnya bermuatan kata-kata hikmah.
Akhirnya niat saya untuk menimba ilmu kepada beliau tercapai.
Beberapa hari saya ngaji kepada beliau seperti layaknya kyai-kyai pada umumnya seperi mengajarkan al-Qur’an, kitab-kitab kuning dan semacamnya.
Namun setelah khataman dari kitab-kitab yabg diajarkan beliau, saya berniat untuk meminta ilmu laduni kepada beliau.
Dan anehnya, setelah saya berterus terang kepada beliau, saya malah disuruh memindahkan batu besar yang beratnya hampir 1 ton.
Masya Allah.........
Ah inikah yang dimaksudkan beliau untuk memperoleh ilmu laduni ?? “pikir saya”
Kalau pun ini memang benar-benar jalan untuk memperolehnya saya siap untuk melakukan semua ini.
Lal.......jalal..!!! “tiba-tina suara kyai membangunkan lamunan saya’
Saya pun dengan semangat datang menemui beliau, berharap beliau memberikan ijazah kepada saya tentang ilmu laduni.
Setelah sampai kepada beliau tiba-tiba dengan suara berwibawa kyai berkata mengejutkan “ Bagaimana..?? kau sudah menemukan apa yang kau cari, apakah kau sudah menemukan hikmah dari apa yang kau kerjakan. Mengapa kau seperti terkejut!!! Apakh kau yang ingin mendapatkan ilmu laduni menjadi ragu terhadap pemahamanmu sendiri.
 Saya tidak bisa berkata apa-apa, beliau yang kemudian terus berbicara.
Anak muda kau tak perlu mecemaskan ilmu itu, hanya karena kau ingin menguasai ilmu apapun tanpa disertai dengan belajar layaknya orang pada umumnya. Kau pun tak perlu susah payah mencari ilmu laduni sampai manapun.
Karena pertama, apa yang kau cari selam ini belum tentu adanya.
Kedua, kau tak akan tau bagaiman ilmu laduni itu, toh kenyataannya kanjeng Nabi pun belajar al-Qur’an langsung kepada malaikat jibril. Itu artinya untuk memperoleh suatu ilmu apapun harus melalui jenih payah yang dihasilkan. Mustahil, bila orang mendapatkan sesuatu tanpa dengan susah payah.
Bukankah begitu....?? aku hanya mengangguk. Sementara kyai mujahadah terus berbicara sambil menepuk-nepuk pundak saya.
Kau harus lebih berhati-hati bila mendapat cobaan berupa anugerah. Cobaan yang berupa anugerah tidak kalah gawatnya dibanding cobaan yang berupa penderitaan.
Saat itu juga, saya benar-benar merasa mendapatkan pemahaman dan pandangan baru dari apa yang selama ini sudah saya ketahui.
Ya sudah kembali sana !!! tiba-tiba kyai menyuruhku untuk kembali.
Saya tidak merasa diusir, nyatanya memang saya sudah mendapat banyak dari kyai luar biasa ini.
Ketika saya kembali kesurau bambu, kyai mujahadah sudah tak tampak lagi mengimami sholat berjamaah, dengan bingung saya terus melakukan sholat disurau bambu kami. Seperti orang yang ling-lung, saya menunggu disurau itu dengan harapan bisa bertemu dengan kyai mujahadah.
Tapi jangankan kyai Mujahadah, orang yang mirip beliau pun tak ada.
Baru setelah jam menunggu, seseorang menghampiri saya.
Apakah sampeyan Jalal?’ tanyanya
Ketika saya mengiyakan, orang itu pun menyerahkan sebuah bungkusan besar, yang ternyata berisi barang-barang milik saya sendiri.
Beliau dimana??”tanya saya buru-buru.
Mana saya tahu.”jawabnya”. Beliau datang dan pergi semaunya sendiri. Tak ada seorang pun yang tau darimana beliau datang dan kemana beliau pergi.
Begitulah ceritanya, dan kyai Mujahadah yang telah berhasil mengubah sikap saya itu tetap merupakan sebuah misteri.
Gus Jalal sudah mengakhiri ceritanya, tapi kami yang dari tadi suntuk mendengarkan masih diam terpaku sampai gus Jalal menawarkan kopinya.
Monggo........Monggo diunjuk.
Quantity : Add to Cart

No comments: